Marketing ala Nabi


Muhammad Rasulullah, Nabi kita tercinta, adalah seorang saudagar ternama pada zamannya.
Bahkan sejak usia muda, beliau dipandang sebagai sudagar sukses. Disadari atau tidak sukses
tersebut tidak lepas dari aktivitas marketing yang diterapkannya --yang tak cuma ampuh tapi
juga sesuai syariah dan, tentu saja, penuh ridlo dari Allah. Rasulullah adalah sebaik-baik
teladan bagi kita, umat akhir zaman. Berikut karakteristik marketing ala Nabi.
1. Teistis (Rabbaniyyah)
Kekhasan dari marketing syariah adalah sifatnya yang religius (diniyyah). Marketing syariah
meyakini bahwa hukum-hukum yang teistis ini adalah hukum yang paling ideal, paling
sempurna, paling tepat untuk segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk
kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan, dan
menyebarluaskan kemaslahatan.
Marketing syariah meyakini bahwa Allah swt akan meminta- pertanggunganjawaban kelak pada
hari kiamat. “Barang siapa yang melakukan suatu kebaikan sebesar atom sekalipun, maka Dia
akan melihatnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kejahatan sebesar atom sekalipun,
maka Dia akan melihatnya pula.” (QS.Al-Zalzalah, 99: 7-8)
2. Etis (Akhlaqiyyah)
Salah satu keistimewaan lain dari marketing syariah adalah karena sangat memperhatikan
masalah akhlak (moral,etika) dalam seluruh aspeknya. Terjadinya kasus Enron. Worldcom,
Global Crossing, krisis global (Lehman Brothers, AIG, dan lain-lain) , atau sejumlah kasus besar
di Indonesia seperti kasus BLBI, KPU, Bank Mandiri, DAU Depag, Gubernur, Bupati; Terakhir:
Kejaksaan, DPR, MA, MY, BPPK, KPPU dan sebagainya adalah beberapa contoh betapa nilai
akhlak, moral dan etika sudah tidak ada lagi dalam kultur masyarakat kita.
Karena itu, marketing syariah menjadi demikian penting bagi para marketer untuk menjadi
panduan dalam melakukan penetrasi pasar. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (Al-Hadits)
3. Realistis (Al-Waqi'iyyah)
Sifat realistis (Al-Waqi'iyyah) adalah dikarenakan marketing syariah sangat fleksible dan luwes
dalam tafsir hukum dan implementasinya terhadap marketing kontemporer. Hal ini didasarkan
pada kaidah fiqih “memudahkan urusan dan menghapus bahaya”. Inilah yg membedakan
syariat Islam dengan syariah yang lainnya, menganut prinsip “memudahkan” dan “tidak
membebani” Kaidah fiqih lain adalah “al-masyaqqah tajlib al-taisir” (Kesulitan akan
memunculkan kemudahan). Para ulama berkata, “Berbagai keringanan syariah muncul dari
kaidah ini”. Selain itu, prinsip gradual (bertahap) menjadi salah satu keistimewaan dalam sifat
realistisnya marketing syariah, “maa laa yudraqu kulluh la yudroqu kulluh” (kalau tidak bisa
melakukan seluruhnya jangan tinggalkan seluruhnya)
4. Humanistis (al-Insaniyyah)
Pengertian humanistis (al-Insaniyyah) adalah bahwa dalam implementasi marketing syariah
agar dapat menciptakan marketer yang memiliki harkat & derajat yang terhormat, sifat
kemanusiaannya terjaga & terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat dikekang.

1 / 2
Marketing ala Nabi

Karenanya diciptakan suasana spiritual unt mengerem nafsu manusiawinya agar terkendali.
Adapun tips marketing ala Nabi yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai berikut.
1. Jujur adalah Brand
Saat berdagang Nabi Muhammad saw. muda dikenal dengan julukan Al Amin (yang
terpercaya). Sikap ini tercermin saat dia berhubungan dengan customer maupun pemasoknya.
Nabi Muhammad saw. mengambil stok barang dari Khadijah, konglomerat kaya yang akhirnya
menjadi istrinya. Dia sangat jujur terhadap Khadijah. Dia pun jujur kepada pelanggan. Saat
memasarkan barangnya dia menjelaskan semua keunggulan dan kelemahan barang yang
dijualnya. Bagi Rasulullah kejujuran adalah brand-nya.
2. Mencintai Customer
Dalam berdagang Rasulullah sangat mencintai customer seperti dia mencintai dirinya sendiri.
Itu sebabnya dia melayani pelanggan dengan sepenuh hati. Bahkan, dia tak rela pelanggan
tertipu saat membeli.
Sikap ini mengingatkan pada hadits yang beliau sampaikan, "Belum beriman seseorang
sehingga dia mencintai saudaramu seperti mencintai dirimu sendiri."
3. Penuhi Janji
Nabi sejak dulu selalu berusaha memenuhi janji-janjinya. Firman Allah, "Wahai orang-orang
yang beriman penuhi janjimu." (QS Al Maidah 3).
Dalam dunia pemasaran, ini berarti Rasulullah selalu memberikan value produknya seperti
yang diiklankan atau dijanjikan. Dan untuk itu butuh upaya yang tidak kecil. Pernah suatu ketika
Rasulullah marah saat ada pedagang mengurangi timbangan. Inilah kiat Nabi menjamin
customer satisfaction (kepuasan pelanggan).
4. Segmentasi ala Nabi
Nabi pernah marah saat melihat pedagang menyembunyikan jagung basah di sela-sela jagung
kering. Hal itu dengan Nabi, saat menjual barang dia selalu menunjukkan bahwa barang ini
bagus karena ini, dan barang ini kurang bagus, tapi harganya murah. Rasulullah mengajarkan
segmentasi: barang bagus dijual dengan harga bagus dan barang dengan kualitas lebih rendah
dijual dengan harga yang lebih rendah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flowchart/algoritma

KUMPULAN DAN ARTI BAHASA GAUL

makalah USAHA DAN ENERGI